Tuesday, April 5, 2011

The Devil's DNA




Oleh Peter Blauner, diterjemahkan dari Slipping Into Darkness.

Sinopsis :
1983 : Allison Wallis, seorang dokter muda, ditemukan tewas mengenaskan di dalam apartemennya di Manhattan. Detektif Francis X. Loughlin menangani kasus ini. Ini adalah kasus besar pertamanya. Kecurigaan tertuju pada Julian "Hoolian" Vega, anak pengawas gedung apartemen Allison. Hoolian adalah seorang pelajar sekolah Katolik, penggemar fiksi-ilmiah berusia tujuh belas tahun. Francis berhasil menyeret Hoolian ke penjara. Kasus pun ditutup.
2003 : Francis menjelang masa pensiunnya dan terancam mengalami kebutaan. Di penghujung kariernya itu, ia kembali menangani kasus besar. Lagi-lagi pembunuhan seorang dokter wanita muda. Korban kali ini pun memiliki kemiripan fisik dengan Allison Wallis. Kebetulan, Hoolian saat itu telah bebas dan bekerja di daerah TKP. Awalnya ini seperti kasus mudah, sampai diketahui fakta bahwa DNA pembunuh yang ditemukan di bawah kuku korban adalah DNA Allison Wallis-korban pembunuhan 20 tahun lalu!Detektif Francis X. Laughlin berusaha menuntaskan kasus ini untuk selamanya. Sebelum ia mengalami kebutaan, sebelum sang pembunuh beraksi kembali...
Saya tidak jatuh cinta membaca bab awal dari buku ini. Njlimet karena banyak tokoh langsung bermunculan - atau memang saya tidak konsen membacanya :p Apalah, yang jelas, saya meneruskan membaca karena merasa penasaran siapa pembunuhnya. Bahasa yang digunakan tidak terlalu menimbulkan rasa ingin tahu. Hehehee... Bertambahlah rasa menyelesaikan buku ini karena 'kewajiban'.

Nasib Hoolian yang sebenarnya 'mengenaskan' pun kurang tampak. Terjemahannya kah ? Apa memang begitu dari sananya ???  

Penyelidikan yang dilakukan juga berkesan datar-datar saja. Tidak ada tantangan. Tidak ada bagian seru yang menengangkan. 

Sampai pada didapatkannya hasil tes DNA, baru saya mulai penasaran. Siapa? Siapa? Siapa? Mula-mula saya kira si itu,  atau si ini  yang ternyata begitu. Ternyata tidak semua. Aaaaaaaaaaaaaaaargh !!!  Ok lah. Cerdas. Membelokkan dengan tiba-tiba. Tapi saya benciiiiiiii. Hiks. 

Kenapa tidak tertebak? Apa saya yang tidak bisa menebak??? Atau memang tidak ada clue sama sekali sebelumnya??? Atau saya menjelma jadi sangat-sangat bego ??? 

Dan yang lebih menyebalkannya lagi, cara pengungkapan siapa pelakunya. Begitu datar. Datar. Dataaaaaaaaaaarrrr....... (-_________________-). 

Dan saya jadi tidak tahu harus bagaimana menilai buku ini. Untuk segala kedatarannya, 2 dari 5. Tapi untuk ketidaktertebakkannya, saya beri 4 dari 5. Kenapa bukan 5 dari 5 ?? Karena saya belum mencari tahu kebenaran kenapa si kromosom Y itu bisa jadi X !!!

Iseng, saya browsing  tentang Peter Blauner. Then, saya dapatkan situs ini : 

Ada beberapa buku lainnya yang ingin saya baca. Dan saya harap kali ini saya bisa menebak siapa pelakunya. *penasaraaaannn

Oiya,  ini edisi english-nya :


1983: 

In one of the signal crimes that help define an era, a young doctor named Allison Wallis is found bludgeoned to death in her apartment on the Upper East Side of Manhattan. A raw-knuckled, hard-charging detective named Francis X. Loughlin catches the case. Very quickly, his suspicious eye is drawn to the son of the building's superintendent, a seemingly meek, science-fiction loving Catholic school boy named Julian "Hoolian" Vega. Evidence is collected, the boy is interrogated, and after some agonizing Francis decides he has his man. Case closed. Or so it appears.



2003: 

Francis is nearing retirement, and trying to keep the other guys on the Job from finding out that he's going blind. But he makes one last stab at glory when he catches a familiar-sounding case in his old neighborhood. Again, the scene is an old apartment house and the victim is a young female doctor—with more than a passing resemblance to the late Allison Wallis. So when Francis finds out his old adversary Hoolian Vega, just out of prison on a technicality, has been working in the area, all the pieces come together. This time, it's going to be easy. There's infallible DNA technology, that can prove beyond a shadow of a doubt that the skin cells under both victims' fingernails belong to Hoolian. 

Only one problem. 
The lab tests reveal that neither of the samples are Hoolian's. In fact, they don't even come from a male. Instead, they reveal something far more disturbing and inexplicable. The DNA found under the fingernails of the 2003 victim, who'd fought back hard against her attacker, belongs to Allison Wallis, a woman who's been dead for twenty years. 
And now Francis and Hoolian have to reckon with the damaging fall-out from these cases—and ultimately, confront each other to force the truth to come out. 

Selamat membaca.....
 ~ dan selamat misuh-misuh di akhir. :p

0 Comments: